Instrumen Supervisi Kepala Sekolah SD-SMP-SMA-SMK

Diposting oleh On 5:01 PM

Pengertian Supervisi

Menurut Purwanto (1998: 76) bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Sedangkan Wiyono (1989: 180) mencoba mendefinisikan supervisi dengan mengkaitkan fungsi pimpinan umum yang mengkoordinasikan dan memimpin kegiatan-kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan belajar.

Hal senada dikemukakan Sahertian (2000: 19) bahwa supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan supervisi adalah memberi layanan dan bantuan. Pendapat senada dikemukakan Soewadji (1987: 33) bahwa supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesionalnya makin berkembang, sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien.
Supervisi merupakan salah satu bagian dari manajemen personal pendidikan. Supervisi di sekolah sering juga disebut pembinaan guru (Soewono: 1991). Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Wiles, 1983: 107).

Menurut Surachmad (1983: 179) dimensi supervisi dalam pendidikan meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian, kesejahteraan guru, pelayanan kepegawaian, dan jenjang karir. Nergery (1991: 11) juga menyatakan bahwa supervisi meliputi pembinaan kinerja, kepribadian, dan profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka, terampil, jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik. Sedangkan menurut Gaffar (1987: 158-159) supervisi merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas di lapangan. Supervisi menekankan kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.
Berkaitan dengan materi pembinaan tersebut, Oliva (1987: 18) menegaskan bahwa pondasi supervisi pendidikan adalah teknologi pembelajaran, teori kurikulum, interaksi kelompok, konseling, sosiologi, disiplin ilmu, evaluasi, manajemen, teori belajar, sejarah pendidikan, teori komunikasi, teori kepribadian, dan filsafat pendidikan. Di samping itu, supervisi seharusnya merupakan program yang didesain oleh sekolah maupun organisasi pembantu dan penyelenggaraan pendidikan serta didukung oleh kegiatan yang diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky (1984: 53) supervisi merupakan proses yang didesain oleh sekolah untuk memajukan kualitas serta kuantitas anggota staf yang diperlukan untuk memecahkan masalah, demi tercapainya tujuan sekolah. Supervisi hendaknya dilaksanakan melalui beberapa langkah, terus menerus, berkesinambungan, dan pihak pembina tanpa mengenal bosan.



Menurut Pidarta (1999: 76) untuk memenuhi tugas tersebut, kepala sekolah tidak dibenarkan bekerja hanya untuk kejayaan sekolah pada masa kini saja, atau lebih ekstrim pada waktu ia memimpin sekolah itu. Kepala sekolah tidak boleh bekerja hanya untuk membuat nama dirinya baik dengan cara membina guru-guru agar rajin dan tepat waktu, agar roda perjalanan organisasi sekolah berjalan dengan lancar tanpa memikirkan masa depan guru.
Sebagai aktivitas yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut.

  1. Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
  2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik.
  3. Bersama dengan guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik.
  4. Membina kerjasama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah lainnya (Purwanto, 1998: 28).
Berbagai pandangan dari para pakar diatas mengkristalisasikan substansi dari supervisi, yaitu upaya membantu dan melayani guru, melalui penciptaan lingkungan yang konduktif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, ketrampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga mencapai keberhasilan pendidikan.
Secara lebih gamblang disebutkan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang salah satunya memiliki fungsi supervisi yang kompetensinya adalah sebagai berikut:

  1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
  2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
  3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. (www.dikmenum.go.id).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, materi ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (1) memahami konsep supervisi akademik, (2) membuat rencana program supervisi akademik, (3) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, (4) menerapkan supervisi klinis, dan (5) melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.

Supervisi Pendidikan

Istilah supervisi secara umum dikenal dari bahasa Inggris supervsion, yang artinya mengawasi, atau atasan yang menilai kinerja bahawan. Supervisi dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan, bantuan professional, atau bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampuan guru hendak meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran (Sutisna, 1993: 271).
Berkaitan dengan istilah supervisi, Mulyasa (2003) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya sering digunakan secara bergantian dengan istilah pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (Handoko, 1992). Pengawasan juga dapat diartikan suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat suatu kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Sedangkan inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.

Berbeda dengan Sutisna (1993) yang menjelaskan bahwa secara umum supervision diberi arti sama dengan direction atau pengawasan dan ada kecenderungan untuk membatasi pemakaian istilah supervisor pada orang-orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hierarkhi manajemen. Kedudukan yang setingkat dengan supervisor adalah manajer lini pertama (first line management), pengawas, atau mandor.
Dalam organisasi pendidikan, pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Menpan, 1996). Kedududukan penga-was dalam institusi pendidikan sangat strategis karena melakukan penilaian sekaligus pembinaan terhadap kinerja guru, kepala sekolah, dan staf administrasi dalam pengelolaam pendidikan di sekolah.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan yang ditetapkan, sedangkan pembinaan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah dan petugas administrasi dalam pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu tugas penting pengawas adalah melakukan supervisi se-cara rutin dan berkelanjutan di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan layanan kepada orang tua peserta didik dan sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni (1991) sebagai berikut.

Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice, to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools, and to make the school a more effective learning community.

Hal senada dikemukakan oleh Kimbrough (1990) bahwa, Supervision is provided for improving the teaching and learning environment of the school. Supervisi tidak hanya membantu guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar, tetapi juga menambah pengetahuan bagi supervisor secara sinergi menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif. Pendapat Jones yang dikutip Pidarta (1988) menjelaskan bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efefktivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan.

Dalam definisi di atas, supervisi dipandang sebagai subsistem dari sistem administrasi sekolah. Sebagai subsistem, supervisi tidak terlepas dari sistem administrasi yang juga menyangkut tenaga non guru, termasuk kepala sekolah dan petugas administrasi. Namun titik berat supervisi adalah perbaikan dan pengembangan kinerja guru yang langsung menangani pe-serta didik. Melalui perbaikan dan pengembangan kinerja guru, diharapkan proses pengajaran dapat berkembang, pada akhirnya berdampak pada efektivitas proses pembelajaran.

Secara lebih khusus, Sutisna (1993) mengartikan supervisi sebagai bantuan dalam mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Dengan perkataan lain, supervisi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang disediakan untuk membantu para guru untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugas pengajaran. Peran supervisor adalah membantu, memotivasi dan mendukung guru agar semakin matang (mature) dan mandiri dalam menjalankan tugas utamanya. Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Sahertian (1989) mengartikan supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Bantuan yang diberikan kepada staf dalam hal ini para guru meliputi teknis administratif dan teknik edukatif Teknik administratif berkenaan dengan persiapan bahan pengajaran, penataan dokumen-dokumen penilaian, penyiapan berkas laporan kemajuan belajar siswa atau data yang berkaitan dengan laporan pengajaran pada akhir tahun ajaran. Sedangkan bantuan teknik edukatif berupa bimbingan kepada guru untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran antara lain, masalah siswa, pemilihan berbagai strategi pembelajaran, analisis kurikulum, pemilihan sumber belajar, ataupun penggunaan media belajar.

Dengan istilah yang berbeda, Supandi (1990) mengartikan supervisi pendidikan adalah bantuan yang diberikan kepada personel pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Personel pendidikan dimaksud meliputi kepala sekolah, guru, dan petugas sekolah lainnya termasuk staf administrasi. Dalam menjalankan tugasnya, personel sekolah sering menghadapi masalah-masalah pendidikan, karena itu pengawas sekolah perlu melakukan bimbingan dan pengarahan dalam bidang administratif ataupun bidang akademik terutama perbaikan pada aspek pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Guru perlu mendapat bimbingan ataupun bantuan supervisor dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran agar proses dan hasil pembelajaran dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.

Istilah supervisi pendidikan dan supervisi pengajaran dalam pelaksanaannya sering digunakan secara bergantian, dan mempunyai arti yang tidak berbeda karena keduanya memberikan bantuan perbaikan pengajaran sehingga proses pendidikan di sekolah berjalan dengan baik.
Tujuan Supervisi

Prestasi belajar siswa dapat dicapai tidak terlepas dari peranan pengawas, kepala sekolah dan guru. Tugas pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya. Kepala sekolah memimpin guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta membantu mengatasi masalah yang dihadapi. Pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada kepala sekolah, guru dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses pendidikan berlangsung.

Dikemukakan oleh Sahertian dan Mataheru (1985) bahwa tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Yang dimaksud situasi belajar dan mengajar ialah situasi dimana terjadi proses interaksi antara guru dengan siswa dalam usaha mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Usaha ke arah perbaikan pembelajaran ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak yang mandiri.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Sahertian dan Mataheru, bahwa tujuan konkrit supervisi pendidikan adalah sebagai berikut.

  • Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
  • Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid murid.
  • Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber dan pengalaman belajar.
  • Membantu guru dalam menggunakan pendekatan, metode-metode atau alat-alat pembelajaran.
  • Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid.
  • Membantu para guru dalam menilai kemajuan murid-murid serta hasil pekerjaan guru itu sendiri.
  • Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
  • Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
  • Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
  • Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya.
Tujuan supervisi di atas merupakan usaha atau bantuan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pengajaran termasuk pertumbuhan kepribadian dan sosialnya. Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa tujuan supervisi adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dengan kalimat lain, tujuan supervisi penga-jaran adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Secara lebih operasional, tujuan supervisi menurut Ametembun (dalam Mulyasa, 2003) adalah sebagai berikut.

  • Membina kepala sekolah dan guru agar mampu memahami tujuan pendidikan.
  • Meningkatkan kemampuan kepala sekolah beserta guru-guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
  • Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas kerja, persoalan pembelajaran, serta membantu merencanakan perbaikan-perbaikan.
  • Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta petugas sekolah lainnya terhadap cara kerja yang demokratis, serta kesediaan untuk tolong-menolong.
  • Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi untuk berprestasi.
  • Membantu kepala sekolah untuk mensosialisasikan program pendidikan di sekolah kepada masyarakat.
  • Melindungi warga sekolah yang disupervisi terhadap tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
  • Membantu kepala sekolah dan guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangkan kreativitas peserta didik.
  • Mengembangkan rasa kesatuan (kolegialitas) sesama guru.
Supervisi pendidikan berperan memberikan kemudahan dan membantu kepala sekolah dan guru mengembangkan potensi secara optimal. Supervisi harus dapat meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi program sekolah secara keseluruhan. Melalui supervisi, guru diberi kesempatan untuk meningkatkan kinerja, dilatih untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.

Dalam merumuskan program sekolah, guru diberi kesempatan untuk memberikan masukan dan penilaian program yang disusun. Keterlibatan guru secara penuh dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan berdampak pada peningkatan semangat kerja. Dengan demikian tujuan supervisi pendidikan adalah meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah, dan personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas. Dan yang utama, supervisi pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi, dan kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan. Dengan demikian, akan timbul kesadaran, inisiatif, dan kreativitas personel sekolah.
Fungsi Supervisi

Supervisi mempunyai fungsi ganda, untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan untuk pengembangan kurikulum. Burton (Oliva, 1984: 16) mengidentifikasi fungsi supervisi sebagai berikut.

  • The improvement of the teaching act,
  • The improvement of teachers in service,
  • The selection and organization of subject-matter,
  • Testing and measuring, and
  • The rating of teachers.
Sedangkan Oliva sendiri membagi fungsi supervisi menjadi tiga yaitu, pengembangan staf (staff development), pengembangan kurikulum (curriculum development), dan perbaikan pengajaran (instructional development). Pengembangan staf dimaksudkan sebagai pembinaan terhadap kepala sekolah, guru-guru dan personel sekolah lainnya agar meningkatkan kemampuan dan kinerjanya serta saling bekerjasama dalam merealisasi program pendidikan di sekolah. Pengembangan kurikulum adalah pengkajian kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan lingkungan.

Pengembangan kurikulum termasuk dalam kegiatan memperbaharui program pembelajaran, mengembangkan bahan instruksional, memilih bahan ajar, mengembangkan media pembelajaran, dan menentukan strategi/metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Perbaikan pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru secara berkelanjutan dengan menyesuaikan perkembangan kurikulum maupun tuntutan terhadap kemajuan Iptek. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dari sisi perencanaan, materi (subject matter) maupun metode pembelajaran Bahan yang dipersiapkan untuk pembelajaran berdasarkan kurikulum terbaru dan dilengkapi dengan bahan-bahan pembelajaran penting yang belum tercakup dalam perencanaan pembelajaran.

Sedangkan Gwyn (dalam Indrafachrudi, 1989) membedakan tiga tanggung jawab utama seorang supervisor adalah:
  1. bertanggung untuk menolong guru-guru secara individual,
  2. bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan lebih memperbaiki seluruh staf sekolah dalam melakukan tugas pelayanan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
  3. bertanggung jawab dalam mendayagunakan berbagai sumber daya manusia sebagaimana sumber yang membantu pertumbuhan guru dan sekaligus sebagai pe-nerjemah program-program di sekolah, maupun kepada masyarakat.
Secara makro, Sutisna (1993) berpendapat bahwa fungsi supervisi adalah (1) sebagai penggerak perubahan, (2) sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, (3) meningkatkan kemampuan hubungan manusia, (4) sebagai kepemimpinan kooperatif.

Supervisi berfungsi sebagai penggerak perubahan, seringkali guru menganggap tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin, dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan baik segi materi maupun metode/ pendekatan. Menghadapi keadaan yang demikian, perlu ada inisiatif dari kepala sekolah atau supervisor untuk mengarahkan guru agar melakukan pembaharuan materi pembelajaran sesuai dengan kemajuan Iptek dan kebutuhan lingkungan. Demikian pula dalam menerapkan metode pembelajaran, guru terus didorong agar berani melakukan uji coba dan menerapkan metode sesuai dengan materi yang dibahas.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Sutisna (1993) bahwa pengawas, penilik, dan orang-orang yang diserahi tanggung jawab khusus tentang supervisi, jika menginginkan perubahan, maka mereka harus menghargai perbedaan pandangan, menilai tinggi guru yang kreatif dan imajinatif. Supervisi berfungsi sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering terjadi masalah, baik yang dihadapi guru maupun siswa. Guru sering menghadapi kesulitan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, karena itu supervisor memberikan bimbingan kepada guru agar dapat mengelola pembelajaran secara lebih efektif termasuk bantuan menyelesaikan masalah-masalah belajar siswa.

Supervisi berfungsi meningkatkan kemampuan hubungan manusia, untuk mencapai tujuan, guru ataupun kepala sekolah tidak dapat melakukan sendiri, maka perlu kerjasama dan bantuan sesama guru, kepala sekolah ataupun dengan masyarakat. Pada kenyataannya, tidak semua guru dan kepala sekolah mampu melaksanakan hubungan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, maka tugas supervisor membantu guru mengenali diri dan mengenali tugas-tugasnya, serta bagaimana dapat menyelesaikannya. Dan lebih penting adalah membantu guru dan kepala sekolah untuk meningkatkan kerjasama dengan orang tua siswa, masyarakat maupun dengan instansi terkait.
Supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif, keberhasilan supervisi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan supervisor dalam menjalankan tugas dan fungsinya, akan tetapi memerlukan dukungan dan partisipasi dari kepala sekolah, guru-guru, konselor, dan orang tua siswa secara bersama-sama ikut memikirkan perkembangan anak didik ke arah tercapainya tujuan-tujuan sekolah. Karena itu tugas supervisor bukan hanya menilai kinerja guru, melainkan turut membantu guru untuk memajukan proses pembelajaran.

Pelaksanaan fungsi-fungsi sebagaimana disebutkan di atas, harus dilaksanakan secara kontinyu, konsisten dan terpadu dengan antara program supervisi dengan program pendidikan di sekolah. Sebab inti dari kegiatan supervisi adalah pembinaan terhadap kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya agar tercipta iklim belajar yang kondusif.

Pendekatan Supervisi

Terdapat beberapa macam pendekatan supervisi yang dapat dilakukan, dan pilihan terhadap pendekatan didasari oleh pertimbangan dan alasan tertentu. Wiles dan Lovell (1993) mengemukakan bahwa pendekatan utama supervisi adalah meliputi, collaborative supervision dan clinical supervison. Sedangkan Sergiovanni (1991) mengklasifikasi pendekatan supervisi menjadi empat macam yaitu, (1) supervisi klinis (clinical supervision), (2) supervisi kolegial (collegial supervision), (3) Supervisi individual (self-directed supervision), dan (4) Supervisi informal (informal supervision).

Nurtain (1989) berpendapat bahwa pada masa kini terdapat kecenderungan kegiatan supervisi pengajaran mengarah kepada supervisi klinis. Lebih lanjut Nurtain menjelaskan bahwa pemilihan terhadap supervisi klinis sebagai pendekatan dengan alasan; pengajaran tidak dapat dipandang hanya proses penyampaian pengetahuan saja, akan tetapi suatu perbuatan yang komplek melibatkan unsur teknologi, ilmu, seni, dan pilihan nilai.

Pada prinsipnya tidak ada suatu pendekatan tunggal yang dapat digunakan untuk segala situasi dan tempat. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk kepentingan dimaksud, berikut diuraikan pendekatan kolegial, pendekatan individual, dan pendekatan klinis.

a.   Pendekatan Kolegial

Supervisi kolegial atau supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa nama antara lain, peer supervision, cooperative professional development, bahkan sering disebut collaborative supervision. Supervisi kolegial sebagai proses formal moderat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan perkembangan profesional guru, sebagaimana dikemukakan oleh Glatthorn (dalam Sergiovanni, 1991: 303) sebagai berikut.
……..
Collegial supervision as a moderately formalized process by which two or more teachers agreed to work together for their own professional growth, usually by observing each other’s classroom, giving each other feedback about the observation, and discussing shared professional concerns.
Kegiatan supervisi kolegial dilakukan dengan saling mengadakan observasi kelas masing-masing, dan selanjutnya saling memberikan balikan tentang observasi yang dilakukan, dan membahas masalah-masalah profesional mereka. Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough (1990: 183-186) antara lain pertemuan guru-guru (faculty meetings), lokakarya (workshops), dan observasi sesama guru di kelas (teachers observing teachers).

Pertemuan guru-guru (faculty meetings) harus mempunyai agenda yang jelas dan membicarakan topik-topik yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah. Kegiatan dalam pertemuan guru-guru meliputi, (1) guru tergabung dalam kelompok-kelompok kecil menentukan topik yang menarik untuk didiskusikan, (2) guru melakukan curah pendapat (brain storming) berkaitan dengan isue yang dikemukakan, (3) guru bertukar pengalaman dalam penggunaan sumber belajar atau media, (4) berdiskusi untuk menyelesaikan masalah siswa, (5) merencanakan program bersama, (6) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh guru, (7) menindaklanjuti hasil evaluasi dan program pembelajaran, (8) berbagi pengalaman antar guru mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran, (9) mendiskusikan berbagai upaya untuk meningkatkan suasana kerja yang lebih baik, (10) ikut memikirkan masalah administratif di sekolah dan memberikan masukan kepada kepala sekolah.

Supervisi kolegial dapat juga dilakukan melalui lokakarya (workshops) yaitu suatu kegiatan kelompok yang terdiri dari kepala sekolah, supervisor (pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok (Sahertian dan Mataheru, 1985). Setiap peserta/anggota dalam lokakarya berusaha untuk mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama, baik mengenai masalah-masalah yang bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan umumnya dan kemampuan profesional masing-masing anggota.

Prosedur pelaksanaan lokakarya (workshops) sebagai berikut, (1) merumuskan tujuan, output yang akan dicapai, (2) meru-muskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara rinci, (3) menentukan strategi pemecahan masalah yang meliputi, merumuskan masalah yang akan dibahas, tujuan pembahasan, metode pembahasan, menentukan alat atau bahan perlengkapan yang digunakan selama lokakarya, merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dan merumuskan simpulan dan saran-saran.

Observasi sesama guru di kelas (teachers observing teachers) dapat dikategorikan supervisi kolegial karena melibatkan sesama rekan guru secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di kelas dengan mencatat keberhasilan dan kekurangannya. Sedangkan tujuan observasi sesama guru adalah untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif tentang proses pembelajaran termasuk aktivitas siswa selama proses belajar berlangsung, selanjutnya informasi yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feedback) bagi rekan guru yang diobservasi maupun bagi diri guru yang bersangkutan.

Instrumen (alat) untuk melakukan observasi dapat berupa check list yaitu daftar item-item yang sudah dipersiapkan lebih dahulu sehingga guru tinggal mencocokkan pilihan yang tersedia dengan kenyataan di kelas. Alat observasi lainnya dapat berupa lembar observasi kelas, tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam mengembangkan sistem instruksional yang menjadi tanggung jawabnya.

Aspek-aspek penting yang tertulis dalam lembar observasi antara lain, (1) kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran, kompetensi dasar serta indikator yang harus dicapai setiap mata pelajaran, (2) pencapaian target setiap pertemuan (3) aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (4) kreativitas anak dalam memecahkan kesulitan yang dihadapi secara individu maupun kelompok, (5) kemampuan guru dalam mengelola kelas, (6) keterampilan guru dalam menggunakan media atau alat peraga, dan (7) kemampuan guru dalam membantu kesulitan belajar anak.

b.   Pendekatan Klinis

Supervisi klinis dikembangkan oleh Robert Hammer dan Moris Kogan tahun 1973 serta rekan-rekannya di Universitas Harvard. Tujuannya adalah mencari pendekatan yang lebih efektif dalam supervisi pengajaran. Hingga kini, gagasan tentang supervisi klinis telah berkembang dan mengalami penyesuaian. Cogan (dalam Wiles dan Lovell, 1993: 168) mengemukakan bahwa definisi supervisi klinis adalah sebagai berikut.
……..
Clinical supervision may therefore be define as the rationale and practice designed to improve the teacher’s classroom performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationship between teacher and supervisor form the basis of the program, procedures and strategies designed to improve the student’s learning by improving the teacher’s classroom behavior.

Berdasarkan definisi di atas, supervisi klinis dirancang untuk meningkatkan performansi guru kelas. Untuk kepentingan dimaksud diperlukan data dari kepala sekolah mengenai kejadian di kelas. Analisis dari peristiwa di kelas dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar bagi program, prosedur, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru kelas.

Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Acheson dan Gall (1987) mengartikan supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada pening-katan pembelajaran dengan tahapan atau melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, dalam mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Sedangkan tahapan atau siklus dalam pendekatan klinis menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Oliva (1984) sebagai berikut.
........................
Goldhammer, Anderson dan Krajewski (1980) meliputi lima langkah yaitu, (1) pre observation conference, (2) observation, (3) analysis and strategy, (4) supervision conference, dan (5) postconference analysis. Selanjutnya Mosher dan Purpel (1975) membagi tahapan supervisi klinis adalah (1) planing, (2) observation, dan (3) evaluation or analysis. Hal yang sama dikemukakan oleh Acheson dan Gall (1980) bahwa siklus pendekatan klinis meliputi (1) planning conference, (2) classroom observation, dan (3) feedback conference.

Pendapat para ahli tentang supervisi klinis terdapat pengembangan dalam tahap-tahap perencanaan maupun pada pelaksanaannya. Namun pada dasarnya para ahli mempunyai prinsip yang sama, bahwa supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu (1) pertemuan awal, (2) tahap observasi kelas, dan (3) tahap pertemuan balikan/evaluasi.

Terjadinya variasi dalam pe-ngembangan tahap supervisi klinis disebabkan oleh pemberian tekanan secara eksplisit dalam beberapa kegiatan yang terdapat dalam tahap tertentu. Pada tahap pertemuan awal terdapat kegiatan-kegiatan; pembahasan pemantapan hubungan antara guru dengan supervisor, membuat perencanaan bersama. Pada tahapan terakhir dari supervisi klinis terdapat kegiatan-kegiatan; analisis data hasil observasi, pertemuan untuk mendiskusikan hasil observasi. Prosedur supervisi klinis disebut siklus karena ketiga tahapan itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan, pada akhir tahap ketiga (pertemuan balikan) sudah mulai dibicarakan bahan masukan (input) untuk tahap pertama (pertemuan awal) pada siklus berikutnya.

c.   Pendekatan Individual

Pendekatan individual dalam supervisi juga sering disebut wawancara individual yaitu suatu kesempatan yang diciptakan oleh pengawas atau kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesionalnya (Sutisna, 1993). Masalah-masalah yang mungkin dibicarakan melalui pembicaraan individual antara lain; masalah pembelajaran, masalah kesulitan belajar siswa, hubungan antar guru, atau bahkan guru dimintai pendapat berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kepala sekolah. Tema yang menjadi pembicaraan berkaitan dengan tugas-tugas guru sehingga mereka terbantu untuk mengembangkan diri. Pendekatan ini menekankan pada tanggung jawab pribadi guru terhadap perkembangan profesionalnya.

Guru membuat rancangan pembelajaran, selanjutnya rancangan tersebut disampaikan kepada supervisor, kepala sekolah atau pihak lain yang kompeten. Pada akhir semester biasanya guru dan supervisor bertemu untuk membicarakan kendala-kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Dalam pertemuan secara face to face, guru diharapkan dapat menunjukkan dan memberikan beberapa bentuk dokumentasi yang menggambarkan kemajuan pencapaian tujuan. Masalah pencapaian menjadi fokus dalam supervisi, sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni (1991: 304) bahwa: A number of problems are associated with appro-aches to supervision that rely heavily on target setting.

Pendekatan individual bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Masalah yang didiskusikan dengan supervisor (pengawas/kepala sekolah) dapat juga berkaitan dengan permasalahan kerjasama dengan guru lain atau berkaitan dengan permasalahan orang tua siswa. Pendekatan individual dapat dilakukan dengan teknik-teknik kunjungan kelas, pembicaraan individual, atau kunjungan kelas antar guru (Sutisna, 1993:268-269). Sedangkan Sahertian menggolongkan pendekatan individual terdiri dari (1) perkunjungan kelas, (2) observasi kelas, (3) percakapan pribadi, (4) saling mengunjungi kelas, dan (5) menilai diri sendiri (self evaluation).

6.   Supervisi Kunjungan Kelas
Sebagaimana di ketahui bahwa, supervisi kunjungan kelas merupakan salah satu pendekatan supervisi individual. Supervisi kunjungan kelas adalah kegiatan kepala sekolah/pengawas sekolah mengunjungi kelas tempat guru sedang melaksanakan pembelajaran (Sahertian dan Mataheru, 1985: 45). Kepala sekolah maupun pengawas dalam melaksanakan supervisi kepada guru di kelas dilengkapi dengan lembar observasi/kuesioner yang dijadikan alat ukur keberhasilan guru dalam membelajarkan siswa. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Sutisna (1993: 268) bahwa supervisi kunjungan kelas adalah pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas terhadap guru yang sedang mengajar dan melihat alat, metode, dan sarana belajar lainnya di kelas.

Aspek yang diamati oleh supervisor di kelas tidak hanya kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, akan tetapi termasuk sarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pembelajaran antara lain media, ketepatan metode pembelajaran dengan materi pelajaran, termasuk ketersediaan bahan ajar lainnya. Dalam pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dapat dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahun, dengan pemberitahuan terlebih dahulu, atau atas permintaan guru. Tapi satu hal yang pasti ialah dalam supervisi kunjungan kelas terjadi dialog antara guru dan kepala sekolah. Melalui dialog itu guru akan melihat kelebihan dan kekurangannya. Guru mendapat pengalaman yang dapat memotivasi untuk melakukan refleksi. Dalam konteks penelitian ini menggunakan teknik supervisi kunjungan kelas dengan memberitahu guru terlebih dahulu agar guru dapat mempersiapkan diri dari segi mental, penguasaan materi dan strategi pembelajaran maupun pengelolaan kelas.

Menurut Soewadji (1987: 42) teknik supervisi ada beberapa macam, yaitu (1) observasi kelas (2) percakapan individu/kelompok, (3) saling berkunjung, (4) diskusi, (5) rapat guru, (6) kunjungan studi. Sahertian (2000: 53) membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu teknik supervisi yang bersifat individual dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat individual ada tiga jenis yaitu: (1) kunjungan kelas, (2) observasi, (3) percakapan pribadi. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi kelompok, loka karya, seminar, simposium, dan sebagainya.

Menurut Nawawi, (1997:108) supervisi kunjungan kelas adalah bagian dari kegiatan kunjungan sekolah, karena dalam pengertian sama dengan supervisi kunjungan kelas. Sementara Rohmadi (1990:81) mengatakan bahwa supervisi kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang ditujukan langsung pada guru untuk perbaikan cara-cara mengajar, menggunakan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas dan lain-lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas adalah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesuitankesulitan yang mereka hadapi. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Karena sifatnya mempelajari dan mengadakan peninjauan kelas, maka sering disebut observasi kelas.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas pada hakekatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk menemukan kelemahan dan kelebihan guru mengajar sehingga dapat ditemukan permasalahan-permasalahan yang dijumpai guru untuk selanjutnya dibantu pemecahannya oleh supervisor secara demokratis.

Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Sahertian (1982:45) menegaskan bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi kunjungan kelas juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional baik bagi guru maupun supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi kunjungan kelas adalah sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan cara belajar siswa. Supervisi kunjungan kelas dapat memberikan kesempatan guru untuk mengemukakan pengalamannya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru, karena dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi pertumbuhan karir. Menurut Sahertian (1982:46) jenis supervisi kunjungan kelas dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) kunjungan dengan tanpa memberitahu, (2) kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu (anannounced visitation), dan (3) kunjungan atas undangan guru (visit uponinvitation).

a.   Kunjungan dengan Tanpa Memberitahu

Supervisi tiba-tiba datang ke kelas tempat guru mengajar tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Jenis supervisi ini ada segi positifnya dan ada segi negatifnya. Segi positifnya yaitu supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan sumbangan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Suasana yang wajar ini juga akan berpengaruh terhadap suasana belajar anak secara wajar pula. Kemudian supervisor dapat pula melihat yang sebenarnya tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Sedangkan kelemahannya adalah guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi, tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang, bila tiba-tiba dikunjungi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ini berarti supervisi hanya mencari kesalahan guru.

b.   Kunjungan dengan Cara Memberitahu Terlebih Dahulu

Supervisi terlebih dahulu memberikan jadwal kunjungan yang telah direncanakan dan diberikan kepada tiap kelas yang akan dikunjungi. Jenis supervisi kunjungan kelas dengan diberitahukan lebih dahulu ini juga ada segi positif dan negatifnya.

Segi positifnya adalah ada pembagian waktu merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar mengajar. Sedangkan segi negatifnya adalah ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan karena harus menuggu giliran berikutnya.
Kecuali itu bagi supervisor kunjungan yang direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep pengembangan yang kontinyu dan terencana. Para guru dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa kunjungan itu akan membantu apa yang diharakan guru.
Kelemahannya adalah guru dengan sengaja mempersiapkan diri, sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan kemungkinan berlebihan, sehingga gambaran yang diperoleh supervisor bukan merupakan hasil yang murni.

c.   Kunjungan Atas Undangan Guru

Pada jenis supervisi ini guru dengan sengaja mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya. Jarang sekali terjadi ada seorang guru yang menginginkan kepala sekolahnya melihat/memperhatikan suasana pada waktu guru tersebut mengajar. Karena itu jenis supervisi ini lebih baik, karena guru secara sadar berupaya dan termotivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri untuk memperoleh balikan dan pengalaman baru dalam hal perjumpaannya dengan kepala sekolah. Dengan demikian ada sifat keterbukaan dari guru dan guru merasa memiliki otonomi dalam jabatannya, aktualisasi kemampuannya terwujud sehingga guru selalu belajar untuk mengembangkan dirinya.

Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai proporsional, karena sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Kelebihan dari jenis supervisi ini adalah supervisor akan lebih pengalaman dalam berdialog dengan guru, sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisi sudah begitu tinggi, maka supervisi dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dari seorang guru yang profesional. Kelemahannya adalah kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk menonjolkan diri. Padahal sewaktu-waktu bisa tidak berbuat seperti itu.

7.   Langkah-langkah Supervisi Kunjungan Kelas

Supervisi kunjungan kelas dilaksanakan melalui tahapan atau langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan mencapai target yang di tentukan. Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas meliputi, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi.

a.   Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan pembuatan kerangka kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh supervisor dan guru sebaiknya juga mengetahui indikator-indikator yang menjadi objek penilaian. Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan supervisi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap persiapan ialah (1) menilai pencapaian belajar siswa pada bidang studi tertentu, (2) mempersiapkan instrumen atau alat observasi kunjungan kelas, (3) memberitahukan kepada guru yang akan disupervisi termasuk waktu kunjungan, (4) mengadakan kesepakatan pelaksanaan supervisi.

b.   Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat. Selanjutnya supervisor melakukan observasi berdasarkan instrumen atau pedoman observas yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas sebagai berikut, (1) supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat proses pembelajaran akan berlangsung, (2) guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud kedatangan supervisor di ruang kelas, (3) guru mempersilakan supervisor untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan, (4) guru mulai melaksanakan kegiatan mengacu pada rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat, (5) supervisor mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan.

c.   Tahap Evaluasi dan Balikan

Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi terhadap guru selama melaksanakan proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru. Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Yang menjadi dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-item observasi yang digunakan, sehingga guru menyadari tingkat keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran.

Secara lebih konkrit langkah-langkah evaluasi dan balikan sebagai berikut, (1) kepala sekolah menanyakan perasaan guru selama proses observasi berlangsung untuk menciptakan suasana santai agar guru tidak merasa diadili, (2) kepala sekolah memberikan penguatan kepada guru yang telah melaksanakan pembelajaran dalam suasana penuh persahabatan, (3) kepala sekolah bersama-sama guru membicarakan kembali kontrak yang pernah dilakukan mulai dari tujuan pengajaran sampai evaluasi pengajaran, (4) Supervisor menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian memberikan waktu pada guru untuk menganalisis data dan menginterpretasikan, selanjutnya didiskusikan bersama, (5) menanyakan kembali perasaan guru setelah mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data hasil observasi, dan meminta guru menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa, (6) bersama-sama guru, supervisor membuat kesimpulan tentang hasil pencapaian latihan pembelajaran yang telah dilakukan.

C.   PENUTUP

Dari uraian tentang pengertian, tujuan, fungsi, dan jenis-jenis supervisi kunjungan kelas yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka supervisi kunjungan kelas sangat dibutuhkan. Supervisi kunjungan kelas baik dengan pemberitahuan lebih dahulu maupun secara tiba-tiba atau mendadak tanpa memberitahu akan berjalan baik apabila sebelumnya dipersiapkan (direncanakan) terlebih dahulu dan dilaksanakan secara situasional.

Tujuan supervisi kunjungan kelas terlebih dahulu harus dirumuslan secara jelas. Rancangan yang berkaitan dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas harus sudah disusun lebih dahulu oleh kepala sekolah terutama yang menyangkut situasi belajar mengajar. Primadona kegiatan guru adalah guru mengajar di kelas (di hadapan peserta didik), karena pada saat kegiatan proses belajar mengajar terjadi kegiatan interaksi aktif antara guru dengan murid dan sebaliknya antara murid dengan murid. Karena itu guru dituntut tidak hanya menguasai materi saja tetapi dituntut pula pandai mengajar sebagai ciri khas keprofesionalannya. Karena itu akan lebih baik bila kepala sekolah (supervisor) melakukan supervisi kunjungan kelas yang sebelumnya telah diprogramkan secara baik, yaitu minimal tiga kali setahun (tiap cawu sekali) dari berbagai jenis supervisi kunjungan kelas.

Disamping itu guru jauh-jauh sebelumnya sudah tahu akan ada supervisi kunjungan kelas, lewat pemberitahuan secara tertulis (surat resmi) maupun lewat lisan (rapat guru) dari kepala sekolah, sehingga guru sadar bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah bertujuan tidak mencari kesalahan guru, akan tetapi memberi layanan dan bantuan kepada guru agar proses belajar mengajar berjalan baik.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi kepala sekolah adalah membantu dan melayani guru melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, ketrampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan meliputi: (1) merencanakan supervisi, (2) merumuskan tujuan supervisi, (3) merumuskan prosedur supervisi, (4) menyusun format observasi, (5) berunding dan bekerjasama dengan guru, (6) mengamati guru mengajar, (7) menyimpulkan hasil supervisi, (8) mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut.

Untuk materi yang kami share saat ini tentang Supervisi Kepala Sekolah SD-SMP-SMA-SMK sengaja kami bagi 2 

1. Instrumen supervisi Kurikulum 2006 Terdiri Dari:

  • Instrumen Penilaian Silabus
  • Instrumen Penilaian RPP
  • Instrumen supervisi kegiatan pembelajaran
  • Instrumen Monitoring Administrasi Pembelajaran  SD/SMP/SMA/SMK
  • Instrumen Monitoring Administrasi Khusus  Guru BK SD/SMP/SMA/SMK
Format Supervisi Kurikulum 2006  Download

2. Instrumen supervisi Kurikulum 2013 Terdiri Dari:

  • Instrumen Supervisi RPP
  • Instrumen supervisi kegiatan pembelajaran SD/SMP/SMA/SMK
  • Instrumen Monitoring Administrasi Pembelajaran SD/SMP/SMA/SMK
  • Instrumen Monitoring Administrasi Khusus  Guru BK SMP/SMA/SMK
Format Supervisi Kurikulum 2013  Download

Demikian uraian singkat tentang materi Supervisi Kepala Sekolah SD-SMP-SMA-SMK semoga ada manfaatnya

Sumber utama lihat >>>:  di sini


Next
« Prev Post
Previous
Next Post »